TERAPI COLD TURKEY: CARA MURAH MENGATASI KECANDUAN NARKOBA

Daftar Isi



Kecanduan narkoba dan alkohol merupakan masalah serius yang mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia. Terapi penggantian obat-obatan telah menjadi populer dalam membantu orang keluar dari kecanduan ini. Namun, terapi penggantian obat-obatan memiliki beberapa kelemahan, seperti biaya yang tinggi dan risiko kecanduan terhadap obat pengganti itu sendiri. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah terapi cold turkey sebagai cara murah mengatasi kecanduan narkoba.

Terapi cold turkey adalah metode keluar dari kecanduan narkoba atau alkohol dengan tiba-tiba berhenti mengonsumsi obat tersebut tanpa menggunakan obat pengganti. Metode ini mungkin terdengar sangat sulit dan menakutkan, tetapi dapat menjadi pilihan yang efektif untuk beberapa orang. Dalam artikel ini, kami akan membahas terapi cold turkey secara mendalam, termasuk kelebihan dan kekurangannya, serta studi kasus dari orang yang berhasil keluar dari kecanduan dengan menggunakan terapi cold turkey.


Bagaimana Terapi Cold Turkey Bekerja?

Terapi cold turkey bekerja dengan menghilangkan kecanduan secara tiba-tiba, tanpa menggunakan obat pengganti. Metode ini memaksa tubuh untuk beradaptasi dengan perubahan mendadak ini, dan menghilangkan kecanduan secara alami. Hal ini dapat menyebabkan gejala putus obat yang berat, seperti kegelisahan, mual, sakit kepala, dan berkeringat. Namun, dalam beberapa kasus, gejala-gejala ini dapat berkurang dalam beberapa hari atau minggu setelah penghentian konsumsi obat.

Sementara itu, terapi cold turkey juga membutuhkan kesabaran dan ketekunan yang besar. Pasien harus siap untuk menghadapi gejala putus obat yang mungkin sangat mengganggu dan menyakitkan. Namun, terapi cold turkey dapat membantu pasien untuk keluar dari kecanduan narkoba atau alkohol dengan lebih cepat, tanpa menggunakan obat-obatan pengganti.


Keuntungan dari Terapi Cold Turkey

  • Tidak Menggunakan Obat Pengganti

Terapi cold turkey tidak bergantung pada obat pengganti, sehingga tidak ada risiko kecanduan terhadap obat pengganti itu sendiri. Beberapa terapi penggantian obat-obatan dapat menyebabkan ketergantungan pada obat pengganti itu sendiri, yang pada akhirnya dapat menjadi sulit untuk dihentikan.

  • Terapi yang Murah

Terapi cold turkey jauh lebih terjangkau daripada terapi penggantian obat-obatan. Orang tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membayar obat-obatan pengganti yang mahal. Terapi cold turkey hanya membutuhkan tekad dan kesabaran yang kuat dari pasien.

  • Efektif

Terapi cold turkey telah terbukti efektif dalam membantu orang keluar dari kecanduan narkoba atau alkohol. Metode ini dapat membantu orang untuk meraih kesuksesan yang sejati tanpa tergantung pada obat-obatan pengganti.

Kekurangan dari Terapi Cold Turkey

  • Gejala Putus Obat yang Parah

Terapi cold turkey dapat menyebabkan gejala putus obat yang sangat parah, seperti mual, sakit kepala, kegelisahan, dan berkeringat. Ini dapat menyebabkan pasien merasa sangat tidak nyaman dan mungkin memerlukan dukungan medis tambahan untuk mengatasi gejala-gejala ini.

  • Tidak Cocok untuk Semua Orang

Terapi cold turkey tidak cocok untuk semua orang. Beberapa orang mungkin tidak dapat menghadapi gejala putus obat yang parah dan mungkin memerlukan terapi penggantian obat-obatan untuk membantu mereka keluar dari kecanduan. Selain itu, pasien yang memiliki kondisi medis yang mendasar mungkin tidak cocok untuk terapi cold turkey.

  • Tidak Ada Jaminan Keberhasilan

Terapi cold turkey tidak menjamin keberhasilan dalam keluar dari kecanduan. Beberapa orang mungkin memerlukan terapi yang lebih intensif untuk membantu mereka keluar dari kecanduan, seperti terapi psikologis atau dukungan kelompok.


Studi Kasus

1. Salah satu studi kasus terkenal mengenai terapi cold turkey adalah kisah Shaun Attwood. Shaun adalah seorang pengusaha asal Inggris yang mengalami kecanduan narkoba yang parah selama bertahun-tahun. Dia mencoba berbagai metode untuk keluar dari kecanduannya, termasuk terapi penggantian obat-obatan. Namun, setelah beberapa kali mencoba, dia menyadari bahwa metode tersebut tidak berhasil untuknya.

Akhirnya, Shaun memutuskan untuk mencoba terapi cold turkey. Dia menghentikan konsumsi narkoba secara tiba-tiba, tanpa menggunakan obat pengganti. Meskipun gejala putus obat yang parah membuatnya merasa sangat tidak nyaman, dia berhasil melewatinya dan berhasil keluar dari kecanduannya.

Hari ini, Shaun adalah seorang motivator dan pembicara publik yang terkenal. Dia sering berbicara mengenai pengalamannya dengan kecanduan narkoba dan bagaimana terapi cold turkey membantunya keluar dari kecanduan itu.

2. Terapi Cold Turkey Membantu "Dwi" Mengatasi Kecanduan Narkoba

Dwi adalah seorang pria berusia 26 tahun yang telah mengalami kecanduan narkoba selama beberapa tahun terakhir. Ia telah mencoba berbagai metode untuk keluar dari kecanduan narkoba, termasuk terapi penggantian obat-obatan, namun semua itu tidak berhasil.

Dalam upaya terakhir untuk keluar dari kecanduan narkoba, Dwi memutuskan untuk mencoba terapi cold turkey. Ia siap menghadapi gejala putus obat yang berat dan berkomitmen untuk tidak menggunakan obat-obatan pengganti.

Dalam minggu pertama terapi cold turkey, Dwi mengalami beberapa gejala putus obat yang parah seperti kegelisahan, mual, sakit kepala, berkeringat, dan sulit tidur. Namun, ia terus bertahan dan berusaha mengendalikan keinginan untuk menggunakan narkoba.

Setelah melewati fase putus obat yang berat, Dwi mulai merasakan perubahan positif dalam dirinya. Ia merasa lebih fokus dan energik, dan memiliki motivasi untuk mengembangkan keterampilan dan bakatnya. Dalam waktu beberapa bulan, Dwi berhasil keluar dari kecanduan narkoba dan menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia.


3. Terapi Cold Turkey Membantu "Rahma" Keluar dari Kecanduan Alkohol

Rahma adalah seorang wanita berusia 35 tahun yang telah mengalami kecanduan alkohol selama beberapa tahun terakhir. Kecanduan ini mempengaruhi hubungan dengan keluarga dan teman-temannya, dan membuatnya kehilangan pekerjaannya.

Setelah berbicara dengan ahli terapi, Rahma memutuskan untuk mencoba terapi cold turkey untuk keluar dari kecanduan alkohol. Ia mengikuti terapi secara ketat dan tidak menggunakan obat-obatan pengganti.

Dalam minggu pertama terapi cold turkey, Rahma mengalami beberapa gejala putus alkohol yang berat seperti gemetar, mual, dan sakit kepala. Namun, ia terus bertahan dan mengatasi keinginan untuk minum alkohol.

Setelah melewati fase putus alkohol yang berat, Rahma merasakan perubahan positif dalam dirinya. Ia merasa lebih tenang dan stabil, dan mampu menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik. Rahma juga mulai memperbaiki hubungannya dengan keluarga dan teman-temannya, dan mulai mencari pekerjaan baru.

Dalam beberapa bulan setelah terapi cold turkey, Rahma berhasil keluar dari kecanduan alkohol dan merasa hidupnya lebih baik daripada sebelumnya. Ia merasa lebih sehat secara fisik dan mental, dan merasa lebih bahagia dengan keputusannya untuk keluar dari kecanduan alkohol.


Daftar Pustaka:

Mayo Clinic. (2019). Cold turkey: What it is and what to expect. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/mental-illness/in-depth/cold-turkey/art-20047908

National Institute on Drug Abuse. (2018). Principles of Drug Addiction Treatment: A Research-Based Guide (Third Edition). National Institute on Drug Abuse. https://www.drugabuse.gov/publications/principles-drug-addiction-treatment-research-based-guide-third-edition/evidence-based-approaches-to-drug-addiction-treatment/behavioral-therapies

Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2018). TIP 45: Detoxification and Substance Abuse Treatment. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. https://store.samhsa.gov/product/TIP-45-Detoxification-and-Substance-Abuse-Treatment/SMA18-4131

Attwood, S. (2010). Hard Time: A Brit in America's Toughest Jail. John

Posting Komentar