Ciri-ciri Seorang Psikopat: Memahami Sifat dan Penyebabnya

Daftar Isi


Psikopati adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan kurangnya empati dan penyesalan, perilaku manipulatif, dan tindakan impulsif. Diperkirakan sekitar 1% dari populasi memiliki sifat psikopatik. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi ciri-ciri seorang psikopat, termasuk sifat dan perilakunya, dan bagaimana mengenali mereka.


Ciri-ciri Seorang Psikopat


1. Kurangnya Empati

Salah satu ciri khas seorang psikopat adalah kurangnya empati. Mereka tidak mengalami emosi seperti orang lain dan tidak dapat memahami atau berempati dengan perasaan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya rasa kasih sayang dan ketidakmampuan untuk membentuk hubungan yang bermakna.


2. Perilaku Manipulatif

Psikopat terampil dalam memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuan mereka. Mereka seringkali menarik dan karismatik, menggunakan daya tarik mereka untuk memperoleh kepercayaan dan pengakuan dari orang lain. Namun, mereka juga terampil dalam memanipulasi situasi untuk keuntungan mereka sendiri, sering kali dengan mengorbankan orang lain.


3. Tindakan Impulsif

Psikopat seringkali melakukan tindakan impulsif dan sembrono. Mereka tidak peduli dengan konsekuensi dari tindakan mereka dan mungkin melakukan perilaku berisiko tanpa mempertimbangkan kemungkinan bahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain.


4. Grandiositas

Psikopat sering memiliki rasa penting diri yang berlebihan. Mereka percaya bahwa mereka lebih unggul dari orang lain dan mungkin melakukan perilaku yang menunjukkan rasa superioritas ini.


5. Kurangnya Penyesalan

Psikopat tidak merasakan rasa bersalah atau penyesalan atas tindakan mereka. Mereka mungkin melakukan perilaku yang merugikan orang lain tanpa merasa ada rasa penyesalan atau tanggung jawab.


6. Daya Tarik Permukaan

Psikopat sering menjadi menarik dan karismatik, menggunakan pesona mereka untuk memperoleh kepercayaan dan pengakuan dari orang lain. Namun, pesona ini seringkali permukaan dan dapat digunakan untuk memanipulasi orang lain.


7. Kebohongan Patologis

Psikopat seringkali terlibat dalam kebohongan patologis. Mereka mungkin berbohong untuk memperoleh kepercayaan orang lain atau untuk mencapai tujuan mereka. Mereka juga mungkin berbohong tanpa alasan yang jelas, hanya karena mereka menikmati tindakan penipuan.


8. Kurangnya Nurani

Psikopat tidak memiliki rasa nurani. Mereka tidak dipandu oleh kompas moral dan mungkin melakukan perilaku yang dianggap tidak etis atau tidak moral tanpa merasa ada rasa bersalah atau penyesalan.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikopati

a. Faktor Genetik

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi perkembangan psikopati. Studi kembar menunjukkan bahwa psikopati lebih sering terjadi pada kembar identik daripada pada kembar fraternal, menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin memainkan peran dalam perkembangan gangguan kepribadian ini.


b. Faktor Lingkungan

Lingkungan tempat seseorang tumbuh dan berkembang dapat mempengaruhi perkembangan psikopati. Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan psikopati termasuk pengabaian atau penelantaran, kekerasan fisik atau seksual, dan gangguan lingkungan yang kronis. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil dan berisiko lebih mungkin untuk mengembangkan psikopati.


c. Faktor Neurobiologis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dalam struktur dan fungsi otak mungkin memainkan peran dalam perkembangan psikopati. Beberapa studi menunjukkan bahwa psikopat memiliki gangguan dalam fungsi korteks prefrontal, yang terlibat dalam kontrol impuls dan empati. Gangguan dalam sistem limbik, yang terlibat dalam pengolahan emosi dan motivasi, juga telah dikaitkan dengan psikopati.

Faktor Neurobiologis yang Mempengaruhi Perkembangan Psikopati

Struktur dan Fungsi Otak

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dalam struktur dan fungsi otak mungkin memainkan peran dalam perkembangan psikopati. Beberapa studi menunjukkan bahwa psikopat memiliki gangguan dalam fungsi korteks prefrontal, yang terlibat dalam kontrol impuls dan empati. Korteks prefrontal merupakan area otak yang bertanggung jawab untuk mengatur perilaku dan emosi, serta memproses informasi sosial. Gangguan dalam sistem limbik, yang terlibat dalam pengolahan emosi dan motivasi, juga telah dikaitkan dengan psikopati.

Keterkaitan Sistem Saraf Otonom

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa psikopat memiliki gangguan dalam keterkaitan sistem saraf otonom, yang terdiri dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis, yang mengatur respons tubuh terhadap stres dan situasi emosional. Psikopat cenderung memiliki respons yang kurang adaptif terhadap stres dan situasi emosional. Hal ini dapat terlihat dari kurangnya respons pada tes uji stres, seperti tes uji stres mental atau uji tahanan dingin.

d. Gangguan Neurotransmitter

Neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, dan noradrenalin juga dapat mempengaruhi perkembangan psikopati. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa psikopat memiliki kadar dopamin yang lebih rendah dan kadar serotonin yang lebih tinggi di otak mereka. Dopamin terlibat dalam pengaturan motivasi dan penghargaan, sementara serotonin terlibat dalam pengaturan emosi dan mood.

e. Gangguan Genetik

Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi perkembangan psikopati. Studi kembar menunjukkan bahwa psikopati lebih sering terjadi pada kembar identik daripada pada kembar fraternal, menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin memainkan peran dalam perkembangan gangguan kepribadian ini. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa variasi genetik pada neurotransmitter tertentu dapat mempengaruhi perkembangan psikopati.

f. Paparan Toksin

Paparan terhadap bahan kimia beracun seperti timbal dan merkuri juga telah dikaitkan dengan perkembangan psikopati. Toksin ini dapat mempengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf, dan dapat menyebabkan gangguan perilaku dan emosi.

g. Trauma Kepala

Cedera kepala traumatis juga dapat mempengaruhi perkembangan psikopati. Cedera kepala serius dapat merusak struktur otak dan mengganggu fungsi korteks prefrontal dan sistem limbik, yang dapat menyebabkan gangguan perilaku dan emosi.

h. Faktor Kognitif

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dalam kognisi mungkin mempengaruhi perkembangan psikopati. Psikopat seringkali memiliki kecenderungan untuk berpikir secara egosentris dan memandang orang lain sebagai objek daripada individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan mereka sendiri. Mereka juga dapat memiliki kesulitan dalam mengenali emosi dan membentuk hubungan interpersonal yang sehat.


i. Faktor Pendidikan dan Pengasuhan

Pendidikan dan pengasuhan juga dapat mempengaruhi perkembangan psikopati. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mempromosikan empati dan tanggung jawab sosial lebih mungkin untuk mengembangkan keterampilan sosial yang sehat dan kemampuan untuk membentuk hubungan interpersonal yang bermakna. Di sisi lain, anak-anak yang tidak mendapat pendidikan dan pengasuhan yang memadai mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosi yang sehat.


j. Faktor Kepribadian

Beberapa faktor kepribadian juga dapat mempengaruhi perkembangan psikopati. Orang yang memiliki kepribadian yang impulsif, agresif, dan kurang empati lebih mungkin untuk mengembangkan psikopati. Selain itu, orang yang cenderung melanggar aturan dan memiliki sikap yang tidak bertanggung jawab juga lebih mungkin untuk mengembangkan psikopati.


Kesimpulan

Psikopati adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan kurangnya empati dan penyesalan, perilaku manipulatif, dan tindakan impulsif. Beberapa faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan, faktor neurobiologis, faktor kognitif, faktor pendidikan dan pengasuhan, dan faktor kepribadian dapat mempengaruhi perkembangan psikopati. Meskipun penyebab pasti dari psikopati belum sepenuhnya dipahami, memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan gangguan kepribadian ini adalah langkah penting dalam pencegahan dan pengobatan psikopati.


Daftar Pustaka

Hare, R. D. (1993). Without conscience: The disturbing world of the psychopaths among us. New York: Pocket Books.

Blair, R. J. R. (2007). The amygdala and ventromedial prefrontal cortex in morality and psychopathy. Trends in Cognitive Sciences, 11(9), 387-392.

Kiehl, K. A. (2006). A cognitive neuroscience perspective on psychopathy: Evidence for paralimbic system dysfunction. Psychiatry Research: Neuroimaging, 147(2-3), 163-172.

Raine, A. (1993). The psychopathology of crime: Criminal behavior as a clinical disorder. San Diego, CA: Academic Press.

Raine, A. (2002). Annotation: The role of prefrontal deficits, low autonomic arousal, and early health factors in the development of antisocial and aggressive behavior in children. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 43(4), 417-434.

Posting Komentar