MIRIS! INI ALASAN KENAPA TINGKAT BUNUH DIRI DI JEPANG TINGGI

Daftar Isi

 



Jepang dikenal sebagai negara dengan tingkat bunuh diri yang tinggi di dunia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, pada tahun 2021, terdapat 20.919 kasus bunuh diri, yang berarti sekitar 57 orang bunuh diri setiap hari di Jepang. Masalah ini telah menjadi topik yang kontroversial dan menjadi perhatian dunia. Dalam artikel ini, kita akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan tingkat bunuh diri yang tinggi di Jepang.


Tekanan Sosial dan Ekonomi

Jepang dikenal sebagai negara dengan budaya kerja yang sangat kuat, di mana orang bekerja dalam jam yang sangat panjang dan di mana perusahaan mengharapkan loyalitas yang tinggi dari karyawannya. Hal ini menciptakan tekanan sosial yang besar pada individu untuk mencapai kesuksesan dalam pekerjaan mereka. Selain itu, ekonomi Jepang mengalami penurunan selama beberapa dekade terakhir, dan ini mempengaruhi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Hal ini meningkatkan tekanan ekonomi pada individu dan membuat mereka merasa putus asa dan terjebak dalam lingkaran setan.


Stigma Terhadap Kesehatan Mental

Di Jepang, masih ada stigma terhadap orang yang menderita masalah kesehatan mental. Banyak orang yang tidak berbicara tentang masalah mereka karena takut dianggap lemah atau tidak mampu mengatasi masalah mereka sendiri. Ini membuat orang merasa terisolasi dan sulit untuk mencari bantuan. Sebagai hasilnya, banyak orang yang tidak mendapat perawatan medis yang mereka butuhkan dan bisa meningkatkan risiko bunuh diri.


Kesepian dan Kurangnya Dukungan Sosial

Di Jepang, konsep "tatemae" atau "wajah luar" sangat penting, di mana orang cenderung menunjukkan citra positif mereka ke publik meskipun mereka merasa kesepian atau tidak bahagia di dalam. Selain itu, banyak orang menghabiskan waktu mereka di tempat kerja, meninggalkan sedikit waktu untuk hubungan sosial atau kegiatan sosial lainnya. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kesepian dan kurangnya dukungan sosial, yang merupakan faktor risiko utama dalam bunuh diri.


Akses Mudah ke Metode Bunuh Diri

Di Jepang, terdapat banyak metode yang mudah dan efektif untuk bunuh diri, seperti melompat ke rel kereta api atau mengkonsumsi bahan kimia berbahaya. Hal ini membuat orang mudah untuk melakukannya dan mempercepat keputusan bunuh diri.


Media

Media di Jepang sering meliput secara detail kasus bunuh diri, yang bisa memicu efek gelombang. Ketika ada satu kasus bunuh diri yang dilaporkan, banyak orang bisa terpikir untuk menirunya. Ini bisa terjadi terutama di kalangan orang yang merasa tidak bahagia atau stres


Kesenjangan Gender

Di Jepang, ada kesenjangan gender yang signifikan, terutama dalam hal karir dan pekerjaan. Wanita seringkali mendapat perlakuan yang tidak adil di tempat kerja dan sulit untuk naik ke posisi yang lebih tinggi. Ini dapat menyebabkan tekanan dan perasaan tidak berharga, yang merupakan faktor risiko untuk bunuh diri.


Budaya Konformitas

Budaya konformitas yang kuat di Jepang juga dapat menyebabkan stres dan tekanan pada individu untuk menyesuaikan diri dengan norma dan aturan sosial. Hal ini dapat menyebabkan individu merasa tertekan dan kehilangan rasa identitas dan kebebasan. Perasaan tidak memiliki kontrol atas hidup mereka dapat meningkatkan risiko bunuh diri.


Kurangnya Penanganan Krisis

Di Jepang, sistem penanganan krisis dan dukungan psikologis masih terbilang kurang efektif dan terkoordinasi. Banyak orang yang membutuhkan bantuan seringkali kesulitan mendapatkan akses ke layanan kesehatan mental dan dukungan sosial. Hal ini dapat membuat individu merasa putus asa dan tidak memiliki opsi selain melakukan tindakan bunuh diri.


Daftar Pustaka:


Ministry of Health, Labour, and Welfare. (2021). Summary of Vital Statistics in 2020. Retrieved from https://www.mhlw.go.jp/english/database/db-hw/vs01.html

Tsai, A. C., Lucas, M., Sania, A., Kim, D., Kawachi, I., & Saito, E. (2019). Social factors associated with suicide in Japan: A longitudinal study of older adults. Journal of Affective Disorders, 249, 256-262.

Chida, F., Sudo, N., & Sonoda, J. (2017). A different perspective on the high suicide rate in Japan: The importance of community-based interventions. European Psychiatry, 41, S304-S305.

Matsubayashi, T., Ueda, M., & Sawada, Y. (2014). Does the suicide of a celebrity influence the suicide rate in the general population? A study using Japanese newspapers. Social Science & Medicine, 114, 48-56.

Krysinska, K., Batterham, P. J., Tye, M., Shand, F., Calear, A., Cockayne, N., & Christensen, H. (2016). Best strategies for reducing the suicide rate in Australia: An evidence check rapid review brokered by the Sax Institute (www. saxinstitute. org. au) for beyondblue. Sax Institute, Sydney.

Posting Komentar