Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi pada Anak

Daftar Isi

 





Berikut ini merupakan penjelasan dari Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi pada anak.


Perkembangan emosi secara umum dipengaruhi dua faktor penting yang berhubungan satu dengan lainnya yaitu kematangan dan proses belajar.


Kematangan intelektual memungkinkan seorang anak mengerti arti-arti baru yang sebelumnya tidak dimengerti, memusatkan perhatian untuk jangka waktu yang lebih lama, dan memusatkan ketegangan emosional pada suatu objek tertentu.


Perkembangan imajinasi dan perkembangan pengertian meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat dan membuat antisipasi. Peningkatan kemampuan ini tentu sangat berpengaruh terhadap respon-respon emosional anak tersebut. Dengan demikian anak menjadi lebih responsif terhadap stimulus-stimulus yang sebelumnya tidak mempengaruhinya. Di samping itu, perkembangan kelenjar endokrin sangat berpengaruh terhadap perkembangan respon emosional anak.


Faktor-Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan emosi respon anak ialah pengalaman atau proses belajar yang dapat dibedakan menjadi: 1) proses belajar mencoba coba (trial and error), 2) proses belajar melalui imitasi, dan 3) proses belajar melalui pengkondisian (kondisioning).


Proses belajar mencoba-coba didasarkan pada pengalaman di masa lalu. Proses belajar jenis ini secara khusus mempengaruhi aspek respon dari pola emosi, untuk memperoleh cara pengungkapan emosi yang paling memuaskan baginya. Proses belajar seperti ini biasanya dijumpai pada awal masa anak-anak. Proses belajar ini kemudian akan diganti dengan proses belajar yang lebih efisien dan perubahan ini dipengaruhi oleh bimbingan yang diberikan kepada anak tersebut.


Proses belajar melalui imitasi dilakukan anak dengan cara mengamati orang-orang lain di sekelilingnya dalam beraksi terhadap situasi tertentu. Proses belajar ini mempengaruhi aspek stimulus dan aspek respon pola emosi. Emosi menular dari orang yang satu kepada orang lain melalui proses imitasi. Melalui proses ini anak belajar stimulus-stimulus apa saja yang diberi respon emosional dan juga respon-respon apa saja yang diberikan terhadap stimulus-stimulus tersebut. Misalnya jika seorang anak menunjukkan reaksi emosional terhadap bentakan gurunya, maka anak-anak lain akan menunjukkan reaksi emosional juga bila dibentak oleh gurunya. Jika anak itu menunjukkan respon marah terhadap bentakan gurunya, maka anak anak lain akan menunjukkan respon serupa jika dibentak oleh guru. 'Penularan' emosi ini dipengaruhi oleh ketergantungan anak, sugestibilitas anak, dan juga penerimaan lingkungan sosial terhadap pola emosi tersebut. Anak yang tergantung dan sugestibel cenderung untuk mudah 'ditulari' dan respon emosional yang diterima lingkungan sosial cenderung lebih mudah 'menular'.


Proses belajar melalui pengkondisian (kondisioning) memunculkan respon-respon emosional terhadap objek-objek atau situasi-situasi yang pada mulanya tidak menyebabkan munculnya respon-respon tersebut. Proses belajar ini terjadi melalui asosiasi antara suatu stimulus dengan hal yang menyertai stimulus tadi. Emosi yang merupakan hasil proses belajar ini menyebar pada stimulus-stimulus sejenis melalui proses generalisasi. 

Proses belajar melalui cara kondisioning terjadi dengan mudah dan cepat pada awal masa anak-anak karena pada masa tersebut seorang anak belum memiliki kecakapan untuk nalar dan pengalaman untuk menilai suatu situasi secara kritis dan menyadari ketidakrasionalan respon emosional tersebut.


Proses belajar dalam perkembangan emosi tidak akan berlangsung dengan baik jika anak belum mencapai kematangan yang diperlukan untuk proses belajar tersebut. Sekalipun demikian, Hurlock berpendapat bahwa proses belajar mengajar dapat dikendalikan/dikontrol. 

Dalam batas-batas tertentu kematangan memang dapat dikontrol, namun proses belajar lebih dapat dikontrol. Proses belajar dapat dikontrol melalui proses pengajaran dan bimbingan secara langsung, pengaturan lingkungan untuk menjamin terbentuknya pola emosi yang diinginkan, terapi fisik, psikoterapi, untuk mengurangi atau menghapus respon-respon emosi yang tidak diharapkan namun sudah terlanjur terbentuk. 


Dengan demikian pengendalian proses belajar menunjukkan pengaruh positif dan preventif terhadap pembentukan pola emosi. Pembentukan pola emosi pada masa anak-anak perlu mendapat perhatian karena masa itu merupakan 'periode kritis' dalam perkembangan emosi manusia. Walaupun secara umum pola emosi menunjukkan karakteristik tertentu, namun perlu diperhatikan juga perbedaan individual yang juga berpengaruh terhadap pola emosi seseorang.


Sumber referensi: Buku Psikologi Anak Luar Biasa, Drs.Hj. T. Sutjihati Somantri, M.Si., Psi, Penerbit PT.Regika Aditama, Bandung, 2006

Posting Komentar