FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI
Daftar Isi
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi daya
tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi
beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis kelamin, aktivitas fisik,
komposisi lemak tubuh dan kebiasaan merokok.
1.
Genetik
Daya
tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik
yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Penelitian dari Kanada telah
meneliti perbedaan kebugaran aerobik diantara saudara kandung (dizygotic)
dan kembar identik (monozygotic), dan mendapati bahwa perbedaannya lebih
besar pada saudara kandung dari pada kembar identik.
Baru-baru
ini, Manila dan Bouchard telah memperkirakan bahwa herediter bertanggung jawab
atas 25 –40% dari perbedaan nilai VO2max dan Sundet, Magnus Tambs berpendapat
bahwa lebih dari setengah perbedaan kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh
perbedaan genotype, dan faktor lingkungan (nutrisi) sebagai penyebab
lainnya. Ini mendukung pendapat bahwa cara untuk menjadi atlet berdaya tahan
tinggi adalah dengan memilih orang tua dengan teliti.
Kita
mewarisi banyak faktor yang memberikan konstribusi pada kebugaran aerobik,
termasuk kapasitas maksimal sistem respiratory dan kardiovaskuler,
jantung yang lebih besar, sel darah merah dan hemoglobin yang lebih banyak.
Pengaruh
genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan
komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang
yang memiliki lebih banyak lebih tepat untuk melakukan kegitan bersifat aerobic,
sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka putih, lebih mampu
melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic.
Demikian
pula pengaruh keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan
tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf (bentuk tubuh bulat
dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus dan tinggi)
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).
2. Umur
Umur
mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jsmani. Daya tahan kardiovaskuler
menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua
puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Daya tahun tersebut akan
makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10%
perdekade untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu yang aktif
penurunan tersebut 4-5% perdekade.
Peningkatan
kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah
usia pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal dicapai
pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan pada usia 65 tahun
kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai
25 tahun.
Pengaruh
umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada umumnya terjadi karena proses
menua yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya
aktivitas dan timbulnya obes pada usia tua (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).
3. Jenis
Kelamin
Kesegaran
jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan ukuran tubuh
yang terjadi setelah masa pubertas.
Daya
tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara pria dan wanita tidak jauh
berbeda, namun setelah masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata wanita muda
memiliki kebugaran aerobik antara 15-25% lebih kecil dari pria muda dan ini
tergantung pada tingkat aktivitas mereka. Tapi pada atlet remaja putri yang
sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama
dalam hal VO2max.
Wanita
memiliki jaringan lemak 27% dari komposisi tubuhnya lebih banyak dibanding pria
15% dari komposisi tubuhnya.
Menurut
Larry Gshaver, satu gram hemoglobin dapat bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada
pria dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15-16gr hemoglobin pada setiap
100ml darah dan pada wanita rata-rata 14gr pada setiap 100ml darah. Keadaan ini
menyebabkan wanita memiliki kapasitas aerobik lebih rendah dibanding pria.
Selain itu ukuran jantung pada wanita rata-rata lebih kecil dibanding
pria(Hairy,1989).
Pengambilan
oksigen pada wanita 2,2L lebih kecil daripada pria 3,2L. Kapasitas vital paru wanita juga lebih kecil dibanding
pria.
4. Kegiatan
Fisik
Kegiatan
fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang
bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi
dapat mengurangi lemak tubuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Puskesmas, 1994).
Menurut Bucher ada sejumlah
keuntungan penting bagi organ tubuh vital akibat dari latihan yang teratur.
1. Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot
jantung.
Bukti yang ada menunjukkan bahwa otot
jantung ukurannya meningkat karena digunakan dengan tuntutan yang lebih besar
diletakkan pada jantung sebagai akibat dari aktivitas jasmani, terjadi
pembesaran jantung.
2.
Pengaruh latihan terhadap
isi sedenyut
Hasil penelitian pada atlet, pada umumnya
disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke
seluruh tubuh dari pada orang yang tidak terlatih.
Atlet terlatih dapat memompakan sebanyak
22liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2liter darah
saja.
3.
Pengaruh latihan terhadap
denyut jantung
Hasil tes dari atlet olimpiade, diperoleh
bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat
bila dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung
manusia berdenyut 6 sampai 8 kali lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada
kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit dari
pada denyut jantung yang tidak terlatih
4. Pengaruh
latihan terhadap tekanan arteri
Banyak eksperimen menunjukkan bahawa
peningkatan tekanan darah pada orang terlatih lebih sedikit dari pada orang
yang tidak terlatih.
5. Pengaruh
latihan terhadap pernafasan
a.
Dada bertambah luas. Hal ini
terjadi semasa pertumbuhan, tetapi tidak pada masa dewasa.
b.
Jumlah pernafasan permenit
berkurang. Orang terlatih bernafas 6 sampai 8 kali permenit, sedangkan pada
orang yang tidak terlatih sebanyak 18 sampai 20 kali permenit.
c. Pernafasan
lebih dalam dengan diafragma. Pada orang yang tidak terlatihdiafragma bergerak
sedikit sekali.
d.
Dalam mengerjakan pekerjaan
yang sama, individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih
kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak
terlatih. Ada keyakinan bahwa peningkatan jumlah kapiler dalam paru-paru,
menyebabkan jumlah darah yang berhubungan dengan udara lebih besar yang
mengakibatkan ekonomi dalam pernafasan.
6.
Pengaruh latihan terhadap
sistem otot.
Beberapa keuntungan
dari akibat latihan terhadap otot-otot diantaranya adalah :
a.
Sarkoma dari serabut otot
menjadi lebih tebal dan kuat.
b.
Ukuran otot bertambah.
c.
Kekuatan otot meningkat.
d.
Daya tahan otot meningkat.
e.
Terjadi penambahan jumlah
kapiler.
Hal ini ini
menyebabkan peredaran darah ke otot lebih baik.
5. Kebiasan Merokok
Sudah lama diketahui
efek jelek rokok terhadap paru-paru, antara lain adalah penyakit paru
obstruktif menahun yang dikenal dengan COPD.
Pada asap tembakau
terdapat 4% karbon monoksida (CO). Afinitas CO pada hemoglobin 200-300 kali
lebih kuat dari pada oksigen, ini berarti CO tersebut lebih cepat mengikat
hemoglobin dari pada oksigen. Hemoglobin dalam tubuh berfungsi sebagai alat
pengangkutan oksigen untuk diedarkan ke jaringan tubuh yang memerlukannya. Bila
seseorang merokok 10-20 batang sehari di dalam hemoglobin mengandung 4,9% CO
maka kadar oksigen yang diedarkan ke jaringan akan menurun sekitar 5%
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).
Selain itu dalam
rokok mengandung NO dan NO2, merupakan substansia yang dapat memicu
terbentuknya radikal bebas yang berlebihan yang menyebabkan terbentuknya lipid
peroksida yang lebih lanjut merusak dinding sel. Beberapa sel tubuh telah
terbukti mengalami proses degeneratif antara lain membran sel endotel, pembuluh
darah, epitel paru, lensa mata dan neuron.
Posting Komentar