PENGERTIAN PENELITIAN SASTRA
Daftar Isi
Pada
umumnya dalam penelitian sastra dipergunakan teknik penelitian kualitatif.
Penelitian semacam itu menitik beratkan pada segi alamiah dan mendasarkan pada
karakter yang terdapat dalam data. “penelitian
kualitatif sering diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan
‘perhitungan’ atau dengan angka-angka” (Moleong). Sebaliknya jika suatu
penelitian melibatkan ‘perhitungan’ atau ‘angka’ maka jenis itu disebut
penelitian kuantitatif.
Triyono
dalam buku metodologi penelitian sastra menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
penelitian, jenis penelitian kuantitatif maupun kualitatif dapat berdiri
sendiri-sendiri, tetapi dapat pula digabungkan. Soal berdiri sendiri atau
digabungkan itu bergantung pada kepentingan tujuan penelitian dan kondisi data.
Sastra
merupakan bagian dari kelompok ilmu-ilmu humaniora, seperti halnya bahasa,
sejarah, kesenian, filsafat dan estetika. Penyusun memadukan kesemuanya antara
estetika, sastra dan kesenian dalam satu cakupan (naskah teater) sehingga
diharapkan dapat mengarah pada wilayah akademisi peneliti yang jarang diakui
oleh kelompok ilmu-ilmu itu sebagai juga ilmu humaniora, dan komunikasi sendiri
‘serasa’ berdiri dengan sendirinya, terutama dilihat dari berbagai penelitian
komunikasi belakangan ini (kualitatif).
Demi
keutuhan penelitian komunikasi dan dengan tujuan ilmiah, perlu juga kiranya
memusatkan perhatian pada unsur ketiga proses komunikasi sastra, yaitu pembaca.
Selama ini dikenal sejumlah istilah untuk “pembaca”, menurut pengertian Segers
(1978) antara lain ideal reader, implisit
reader, dan real reader. Pembaca ideal adalah konstruksi hipotesis seorang
teoritikus dalam proses interpretasi, ia mungkin juga merupakan suatu
konstruksi penulis, yakni ketika ia merancang plotnya. Pembaca implisit adalah
keseluruhan susunan indikasi tekstual yang menginstruksikan cara pembaca riil
membaca. Jadi, pembaca implisit merupakan faktor imanen teks yang memiliki satu
jenis ciri tanda, yang sering mendapat tanggapan pembaca riil dengan cara yang
berbeda-beda. Dilihat dari konsep-konsep pembaca menurut istilah diatas,
peneliti tergolong pada real reader,
pembaca riil memberikan arti individual kepada struktur-struktur yang
dipresentasikan oleh pengarang. Dalam penelitian ini penyusun adalah juga
pembaca, namun juga berdiri sendiri di luar proses membaca. Dalam penelitian
eksperimental Segers (1978) pertama-tama menentukan keanekaragaman objek
estetik, kedua menentukan perbedaan dan persamaan antara objek-objek estetik
tersebut, dan ketiga menentukan hubungan antara objek-objek estetik tersebut
dengan artefak.
Sayangnya
berbagai pemahaman teoritik belum menghasilkan teori yang jelas dan konsisten
tentang teks sastra / naskah teater, hal ini tidak hanya tertuju pada
konsep-konsep komunikasi. Penelitian untuk keindahan sebuah karya sendiri masih
belum banyak di angkat. Agaknya tidak mungkin untuk menerapkan teori semacam tersebut hanya dengan landasan
pembicaraan teoritik, penyelidikan praktis harus dilakukan didasarkan teori-teori
yang berserakan terutama di ruang lingkup komunitas teater itu sendiri
(kesenian), komunikasi, dan sastra.
(Sumber
tulisan :
Segers,
Rien. T. Evaluasi Teks Sastra, alih
bahasa Suminto Sayuti A, The Adi
Citra Karya Nusa, Yogyakarta, 2000.
Moleong,
Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.)
Posting Komentar