PENGERTIAN JARINGAN KOMUNIKASI ORGANISASI
Daftar Isi
A.
Jaringan
Komunikasi Formal
“Bila
pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi
organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan
komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir
dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau
secara horizontal” (Muhammad).
Ada
tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang
mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi
yaitu:
1. Komunikasi
ke Bawah (Downward Communication)
Komunikasi
ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atasan atau pimpinan kepada
bawahannya. Pada umumnya komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan yang berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah,
pertanyaan dan kebijaksanaan umum. Menurut Lewis tujuan komunikasi ke bawah
adalah:
“Tujuan
komunikasi kebawah adalah untuk menyampaikan tujuan organisasi, merubah sikap,
membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena
salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan
mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan”
(Muhammad).
Secara umum komunikasi ke bawah
diklasifikasikan atas lima tipe yaitu:
a.
Instruksi atau tugas, yaitu pesan yang
disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan
bagaimana melakukannya. Pesan yang disampaikan itu bervariasi seperti perintah
langsung, deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat
bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya.
Faktor yang prinsipal adalah mempengaruhi isi dari instruksi tugas-tugas yang
kelihatannya kompleks dan menghendaki keterampilan dan pengalaman untuk
melakukannya.
b.
Rasional pekerjaan, yaitu pesan yang
menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan
aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi, kualitas dan kuantitas
dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai
bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, maka pimpinan hanya
memberikan sedikit pesan yang bersifat rasional ataupun sebaliknya.
c.
Ideologi, yaitu pesan yang merupakan
perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional penekanannya ada pada
penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada
pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi
guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
d.
Informasi, yaitu pesan yang memberitahukan
kepada bawahan mengenai praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan
organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan
instruksi dan rasional. Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari
pesan informasi.
e.
Balikan, yaitu pesan yang berisi informasi
mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk
sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap
melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang
mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah memuaskan. Tetapi apabila
hasil pekerjaan karyawan kurang baik balikannya mungkin berupa kritikan atau
peringatan terhadap karyawan tersebut.
(Muhammad).
Arus
komunikasi dari atasan kepada bawahan tidak selalu berjalan lancar, tetapi
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut:
a. Keterbukaan
Kurangnya sifat
terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan tidak mau menyampaikan
pesan dan gangguan dalam pesan. Umumnya pimpinan tidak begitu memperhatikan
arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila
mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila
suatu pesan tidak relevan dengan tugas pesan tersebut tidak disampaikan,
misalnya seorang pemimpin mengirim pesan untuk memotivasi karyawan guna
penyempurnaan produksi, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam
mengatasi masalah-masalah organisasi.
b. Kepercayaan
pada pesan tulisan
Kebanyakan para
pemimpin lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan
alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap
muka. Hasil penelitian Dahle (1981) menunjukkan bahwa pesan akan lebih efektif
jika disampaikan dalam bentuk lisan dan tulisan.
c. Pesan
yang berlebihan
Banyaknya pesan-pesan
yang disampaikan kepada bawahan, maka para karyawan cenderung tidak membaca
semuanya dan hanya membaca pesan yang dianggap penting bagi dirinya. Hal ini
membuat informasi yang disampaikan tidak mengenai sasaran yang diinginkan.
d. Timing
Timing atau ketepatan
waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaknya
mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang
potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah
pada saat saling menguntungkan kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.
e. Penyaringan
Pesan-pesan yang
dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya diterima mereka, tetapi mereka
saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan dapat disebabkan oleh
bermacam-macam faktor diantaranya, perbedaan persepsi diantara karyawan, jumlah
mata rantai dalam jaringan komunkasi dan perasaan kurang percaya kepada
supervisor.(Muhammad)
Adanya
gangguan dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan, maka pimpinan
perlu memperhatikan cara-cara penyampaian pesan yang efektif. Menurut Davis
(1976) memberikan saran-saran untuk mengatasi masalah tersebut sebagai berikut:
a. Pimpinan
hendaklah sanggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan
mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan
perlu mengatakan terus terang dan berjanji akan mencarikannya.
b. Pimpinan
hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan. Pimpinan hendaklah
membantu karyawan merasakan bahwa diberi informasi.
c. Pimpinan
hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dapat
mengetahui informasi yang dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan dengan
tindakan-tindakan pengelolaan yang mempengaruhi mereka.
d. Pimpinan
hendaklah berusaha membentuk kepercayaan diantara pengirim dan penerima pesan.
Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang bersifat terbuka yang
mempermudah adanay persetujuan antara atasan dan bawahan.(Muhammad)
Untuk
menyampaikan informasi kepada bawahan dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Pace (1989) mengemukakan empat klasifikasi metode yaitu metode lisan, tulisan,
gambar dan campuran dari lisan-tulisan dan gambar. Bentuk komunikasi yang biasa
digunakan dalam tiap metode lisan yaitu: rapat, diskusi, seminar, konferensi,
interview, telepon, sistem interkom, kontak interpersonal, laporan lisan, ceramah.
Bentuk komunikasi metode tulisan yaitu: surat, memo, telegram, majalah, surat
kabar, deskripsi pekerjaan, panduan pelaksanaan pekerjaan, laporan tertulis,
pedoman kebijaksanaan. Sedangkan bentuk komunikasi metode gambar yaitu: grafik,
poster, peta, film, slide, display, foto.
Untuk
menentukan metode yang tepat digunakan oleh pemimpin ada krieria yang dapat
digunakan sebagai berikut:
a. Ketersediaan.
Metode yang sudah tersedia dalam suatu organisasi lebih cenderung untuk
digunakan. Bila diperlukan dapat ditambah dengan metode lain untuk menjadikan
lebih efektif.
b. Biaya.
Pertimbangan biaya yang paling kurang akan cenderung dipilih untuk
menyebarluaskan informasi yang bersifat rutin dan tidak mendesak. Tetapi bila
informasi yang akan dikomunikasikan tidak bersifat rutin dan mendesak, maka
soal biaya tidak begitu dipertimbangkan yang penting informasi cepat sampai.
c. Dampak.
Metode yang memberikan dampak atau kesan yang lebih besar akan sering dipilih
atau digunakan daripada metode yang sedang atau kurang dampaknya.
d. Relevansi.
Metode yang paling relevan dengan tujuan yang akan dicapai paling sering
dipilih. Misalnya untuk memberikan informasi yang pendek mungkin lebih tepat
digunakan metode lisan yang diikuti dengan memo. Tetapi jika tujuan untuk
memberikan informasi yang kompleks dan rinci maka lebih tepat menggunakan
metode laporan secara tertulis.
e. Respons.
Pemilihan metode juga dipengaruhi oleh apakah respons terhadap informasi itu
diinginkan atau diperlukan. Bila diinginkan maka metode lisan secara tatap muka
lebih tepat digunakan mungkin dalam bentuk interpersonal atau rapat.
f. Skil.
Metode yang paling cocok digunakan adalah metode yang paling sesuai dengan skil
si penerima dan si pengirim. Bila si penerima mempunyai latar belakang
pendidikan yang kurang, maka metode tulisan yang bersifat kompleks kurang tepat
untuk digunakan (Muhammad).
2. Komunikasi
ke Atas (Upward Communication)
Komunikasi
ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu seperti yang dikemukakan
menurut Pace (1989) fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Supervisor
dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan
bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.
b. Arus
komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan.
c. Komunikasi
ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karaywan terhadap organisasi dengan
jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, menajukan ide-ide dan
saran-saran tentang jalannya organisasi.
d. Komunikasi
ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas desus muncul dan membiarkan
supervisor mengetahuinya.
e. Komunikasi
ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti
seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah.
f. Komunikasi
ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan
memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi. (Muhammad)
Menurut
pendapat ahli lain yaitu Smith (Goldhaber, 1986) mengatakan bahwa komunikasi
keatas berfungsi sebagai berikut:
“Komunikasi
ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang
keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dapat memberikan
stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan
kebijaksanaan bagi departemennya atau organisasinya” (Muhammad).
Hal
yang seharusnya dikomunikasikan ke atas adalah informasi dari bawahan sebagai
berikut:
a. Apa
yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka
dan rencana masa yang akan datang.
b. Menjelaskan
masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan
bantuan tertentu.
c. Menawarkan
saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan unitnya masing-masing atau
organisasi secara keseluruhan.
d. Menyatakan
bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman sekerjanya
dan organisasi. (Muhammad).
Pada
kenyataannya komunikasi ke atas banyak menemukan kendala. Hal ini menyebabkan
pemimpin tidak mengetahui apa yang menjadi keinginan karyawan. Kesulitan
mendapatkan informasi tersebut menurut Sharma (1979) disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut:
a.
Kecendrungan karyawan untuk menyembunyikan
perasaan dan pikirannya.
b.
Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan
supervisor tidak tertarik dengan masalah mereka.
c.
Kurangnya penghargaan atau reward terhadap karyawan
yang berkomunikasi ke atas.
d.
Perasaan karyawan bahwa supervisor dan
pimpinan tidak dapat menerima dan merespons terhadap apa yang dikatakan oleh
karyawan. (Muhammad).
Disamping
sulitnya mendapatkan komunikasi ke atas, komunikasi yang disampaikan belum
tentu efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi ke atas
adalah sebagai berikut:
- Komunikasi keatas lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan pengelolaan, apabila pesan itu disampaikan tepat pada waktunya.
- Komunikasi ke atas bersifat positif, dan mengabaikan atau menekankan informasi yang bersifat negatif guna membuat keputusan.
- Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika pesan itu mendukung kebijaksanaan yang baru.
- Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu.
- Komunikasi ke atas akan lebih efektif, apabila komunikasi itu mempunyai daya tarik secara intuitif bagi penerima. Pesan dari bawahan lebih siap diterima jika mereka setuju. (Muhammad).
Komunikasi
ke atas merupakan sumber informasi yang penting bagi pemimpin untuk mengetahui
keinginan karyawan dalam mencapai tujuan.
3. Komunikasi
Horizontal (Horizontal Communication)
Komunikasi
horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan
otoritasnya di dalam organisasi (Muhammad). Pesan yang mengalir menurut fungsi
dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya bersangkutan
dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan seperti koordinasi, pemecahan
masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.
Tujuan
Komunikasi Horizontal:
a. Mengkoordinasikan
tugas-tugas.
b. Saling
membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas.
c. Memecahkan
masalah-masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam tingkatan
yang sama.
d. Menyelesaikan
konflik diantara orang-orang yang berada dalam organisasi dan juga antara
bagian dengan bagian lainnya.
e. Menjamin
pemahaman yang sama.
f. Mengembangkan
sokongan interpersonal (Muhammad).
Metode
komunikasi horizontal yang sering digunakan dalam suatu organisasi yaitu
rapat-rapat komite, interaksi informal pada waktu jam istirahat, percakapan
telepon, memo dan nota, aktivitas sosial, kelompok mutu (Muhammad).
Komunikasi
horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan antara bagian-bagian dalam
organisasi. Seperti bentuk komunikasi lain, komunikasi horizontal juga memiliki
hambatan dalam pelaksanaannya seperti menurut pendapat Kahn dan Katz dalam buku
Komunikasi Organisasi oleh Dr. Arni
Muhammad yang mengatakan bahwa:
“Organisasi
yang agak lebih otoriter akan mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal,
karena semakin tinggi tingkat pimpinan makiin banyak informasi yang tentang
bagian-bagian yang dibawah kontrolnya dan makin rendah tingkat pimpinan makin sedikit
informasi yang dikenalnya. Keterbatasan informasi menambah kekuasaan bagi
pimpinan untuk berkuasa” (Muhammad).
Komunikasi
horizontal akan bertambah karena kekuasaan atau otoritas sentralisasi menjadi
berkurang.
B.
Jaringan
Komunikasi Informal
Apabila
karyawan tidak mengajukan pertanyaan dalam pelaksanaan tugasnya dan tidak ada
pula masalah yang akan dipecahkannya, maka pembicaraan mereka sambil bekerja
tidaklah menyangkut hal-hal formal lagi, tetapi sudah dapat dikatakan informal
karena sudah beralih kepada pembicaraan yang tidak relevan dengan
tugas-tugasnya.
“Bila
karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka
dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi
mengalir tanpa memperhatikan hubungan posisi. Jaringan komunikasi lebih dikenal
dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin. Informasi yang diperoleh dari
desas-desus adalah yang berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang
dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh orang yang berkuasa”
(Muhammad).
Walaupun
desas-desus (grapevine) itu membawa
informasi yang informal tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Adanya jaringan
komunikasi informal pemimpin dapat mengetahui sentimen karyawan, karyawan dapat
menyalurkan ekspresi emosional dari pesan-pesan yang dapat mempercepat
permusuhan, dapat membantu menerjemahkan pengarhan pemimpin ke dalam bahasa
yang lebih mudah dipahami oleh karyawan. Hubungan yang efektif antara atasan
dan bawahan kelihatannya sangat kursial untuk mengontrol informasi
informal.
(Sumber
tulisan : Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi
Organisasi. Bumi Aksara, Jakarta.)
Posting Komentar