METODOLOGI ANALISIS SEMIOTIK INTERPRETATIF
Daftar Isi
Metodologi yang digunakan dalam analisis semiotik
adalah interpretatif. Secara metodologis, kritisme yang terkandung dalam
teori-teori interpretatif-utamanya adalah hermeneutika-menyebabkan cara
berpikir mazhab kritis (Frankfurt
school) terbawa pula ke dalam kajian
semiotik. Mazhab kritis dalam penelitian komunikasi massa sebenarnya berawal
dari kekecewaan terhadap wajah penelitian aliran empirik yang begitu
mendewa-dewakan hal-hal yang bersifat kuantitatif dan yang kini mendominasi
penelitian komunikasi.
Sesungguhnya,
teori semiotik itu merupakan lanjutan dari teori strukturalisme. strukturalisme
dan semiotik itu berhubungan erat; semiotik itu merupakan perkembangan
strukturalisme (Junus). Pada intinya, teori strukturalisme dalam sastra sebagai
berikut :
“ karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang
unsur-unsurnya atau bagian-bagianya saling berjalinan erat. Dalam struktur itu
unsur-unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh
saling hubungannya dengan unsur-unsur lainya” (Hawkes, 1978 :17-18
dalam buku Pradopo dkk : Metodologi
Penelitian Sastra).
Analisis struktural sukar dihindari sebab analisis
demikian itu baru memungkinkan tercapainya pemahaman yang optimal
(Teeuw, 1983 : 61 dalam Pradopo). Untuk menganalisis karya sastra dalam
komunikasi, betapapun strukturalisme
penting dalam kaitannya dengan penelitian sastra sebagai sebuah teks, yang ada
sekarang dalam ‘dunia komunikasi’ hanya baru diperkenalkan sebagai analisis
semiotika meskipun juga tidak lepas sama sekali dengan strukturalisme.padahal
ada Strukturalisme yang berdasarkan konsep semiotik dari Jan Mukarovsky dan
Fewlix Vodicka yang disebut Strukturalisme
Dinamik (Via Teeuw, 1983 dalam
Pradopo,) yaitu; “untuk
dapat memahami sastra sepenuhnya sebagai struktur, haruslah diinsafi ciri khas
sastra sebagai tanda. Tanda itu baru bermakna bila diberi makna oleh pembaca
berdasarkan konvensi yang berhubungan dengannya.”
Faruk,
Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai
Post-Modernisme, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, mengatakan “tanda terdapat dimana-mana : kata adalah
tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya.
Struktur karya sastra, struktur film, bangunan atau nyanyian burung dapat
dianggap sebagai tanda. Karya sastra yang besar, misalnya, merupakan produk
strukturisasi dari subjek kolektif”
“Subjek kolektif itu dapat berupa kelompok
kekerabatan, kelompok sekerja, kelompok teritorial, dan sebagainya” (Faruk,
1999). Karena
itu jelas bahwa segala sesuatu dapat menjadi tanda. Charles Sanders Peirce,
seorang ahli filsafat dari Amerika, menegaskan bahwa kita hanya dapat berfikir
dengan sarana tanda. “Sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat
berkomunikasi” (Sudjiman dan Van Zoest).
Kiranya
untuk dunia komunikasi yang paling dekat dan paling dapat dilakukan
sekarang-sekarang ini untuk meneliti sebuah teks sastra / naskah teater dengan
metode kontemporernya yaitu Analisis Semiotika.
“Pada dasarnya, analisis semiotik memang merupakan sebuah ikhtiar untuk
merasakan sesuatu yang ‘aneh’-sesuatu yang dipertanyakan lebih lanjut- ketika
kita membaca atau mendengar suatu naskah atau narasi” (Sudjiman & van
Zoest, 1996 :105; Sudibyo, Hamad, Qodari, 2001 : 20-21 dalam Sobur). Analisisnya bersifat paradigmatik, dalam arti berupaya menemukan makna
termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah teks (Berger,
dalam Sobur)
Dalam
lapangan kritik sastra, “penelitian
semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang
bergantung pada (sifat-sifat) yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus)
wacana mempunyai makna” (Preminger, dkk dalam Pradopo, dkk) penelitian
harus menyendirikan satuan-satuan minimal yang digunakan oleh sistem tersebut;
peneliti harus menentukan kontras-kontras diantara satuan-satuan yang
menghasilkan arti (paradigmatik) dan aturan-aturan kombinasi yang memungkinkan
satuan-satuan itu dikelompokkan sebagai pembentuk-pembentuk struktur yang lebih
luas (sintagmatik) diharapkan dengan kegiatan tersebut penelusuran terhadap
‘tanda’ akan terbantu.
(Sumber tulisan : Junus, Umar. Mitos
dan Komunikasi, Sinar Harapan, Jakarta, 1981.
Pradopo,
dkk, Metodologi Penelitian Sastra,
PT. Hanindita Graha Widya, Yogyakarta, 2001.
Sudjiman
P. dan Aart Van Zoest, Serba-serbi Semiotika, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 1996.
Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. )
Posting Komentar